Gerhana Matahari pada tanggal 22 Juli 2009 konon disebut-sebut oleh
para astronomom sebagai Gerhana Matahari Total terpanjang di Abad 21
dengan periode gerhana matahari total selama 6 menit 39 detik. Ini
berarti selama lebih 91 tahun yang akan datang, bumi tidak pernah akan
mengalami Gerhana Matahari Total dengan durasi lebih dari 6 menit. Itu
hasil perhitungan ilmuwan dan angka 6 menit 39
detik sudah dihitung oleh para astronom jauh hari. Dan daerah yang
menjadi pusat pengamatan istimewa “kegelapan di siang hari” adalah kota
Shanghai – China dan pulau-pulau di bagian selatan Jepang. Dengan alasan
ini pula, para ilmuwan hingga observer amatiran dari berbagai penjuru
dunia “rela” berekreasi ke Shanghai-China hanya melihat 6 menit momen
“kegelapan di siang hari“.
Setidaknya ada dua alasan umum
mengapa mereka begitu antusias melihat fenomena alam yang satu ini.
Pertama, karena durasi gerhana matahari total kali ini sangat lama, maka
kesempatan melihat peristiwa ini merupakan momen yang hanya dapat
dilihat sekali seumur hidup (asumsi usia manusia kurang dari 100 tahun).
Kedua, terutama bagi para saintis, momentum gerhana matahari total
dapat dijadikan sumber data “membongkar rahasia matahari”, terutama
struktur matahari, ledakan serta fenomena temperatur matahari.
Untuk melihat fenomena gerhana matahari total, mata kita tidaklah boleh
menatap langsung ke arah matahari yang tertutup bulan. Itulah yang
disampaikan dalam buku-buku pengetahuan alam dari SD hingga SMA.
Meskipun, pada siang hari bolong terjadi suasana “malam” hari karena
cahaya matahari tertutup oleh bulan, namun justru “kegelapan dalam siang
hari” yang dapat membuat mata kita celaka. Mengapa?
Alasan Ilmiah Bahaya Menatap Gerhana Matahari Secara Langsung
Bagi astronom terutama pengamat bintang, fenomena gerhana matahari
menjadi fenomena astronomi yang spektakuler. Namun ini bukan berarti
masyarakat awam (amatiran) tidak memiliki hasrat yang besar untuk
menyaksikan fenomena alam ini, karena mereka ingin mengalami secara
langsung maupun untuk mendokumentasikan fenomena langka ini.
Gambar ini menunjukan seorang pria China sedang menggunakan kacamata
“gerhana matahari”. Kacamata “gerhana matahari” ini didesain khusus
untuk mengurangi penyerapan (absorspi) energi cahaya matahari masuk ke
mata. Atau dengan bahasa sederhana, kacamata “gerhana matahari”
merupakan pelindung mata. Tentunya, kita tidak perlu menggunakan
kacamata “gerhana matahari” untuk melihat gerhana bulan. Karena secara
ilmiah, adalah aman untuk menatap langsung gerhana bulan pada malam
hari.
Mengapa Bahaya?
Berdasarkan penjelasan Prof B.
Ralph Chou, bahwa meskipun 99% cahaya matahari terlindung oleh bulan
pada peristiwa gerhana matarahari sehingga wilayah umbra bumi menjadi
gelap (seperti malam), namun tetap ada cahaya radiasi dari matahari yang
sampai ke bumi, dan sampai ke mata (jika kita langsung menatap dengan
mata telanjang). Dan perlu diingat, cahaya matahari terdiri dari
berbagai gelombang sinar baik dari sinar tampak (pelangi :
me-ji-ku-hi-bi-ni-u) maupun sinar tidak tampak seperti UV yang berenergi
dan berfrekuensi tinggi (panjang gelombang 290 nm) hingga sinar cahaya
dengan gelombang radio yang berenergi dan berfrekuensi rendah (panjang
gelombang beberapa meter) .
Pada organ mata,sinar cahaya UV
dengan panjang gelombang sekitar 380 nm akan langsung ditransmisikan ke
retina (bagian belakang organ mata yang sensitif). Dan berdasarkan
fisiologi struktur mata, cahaya radiasi UV merupakan penyebab terjadinya
reaksi kimia yang mempercepat penuaan lapisan mata yang akan membuat
katarak atau dalam kondisi menatap langsung gerhana matahari dapat
menyebabkan “retina terpanggang”.
Besarnya intensitas sinar UV
yang menempus ke retina menyebabkan kerusakan pada sel batang (rod cell)
dan kerucut (cone cell) pada mata. Cahaya matahari (khusus komponen UV)
menjadi pemicu serangkaian reaksi kimia pada sel-sel mata yang mana
akan merusak kemampuan sel tersebut merespons objek visual. Dan dalam
intensitas yang besar dan lama, akan menyebabkan kerusakan parah pada
sel mata. Yang pada akhirnya akan menyebabkan mata mengalami buta
sementara atau bahkan buta “abadi” (maksudnya tidak bisa disembuhkan).
Bagaimana Cahaya Sampai ke Retina?
Seperti yang kita pelajari di waktu bangku sekolah, pupil manusia
memiliki fungsi yang serupa dengan diafragma pada kamera. Pupil dapat
melebar atau menyempit tergantung jumlah cahaya yang memasuki mata. Pada
suasana gelap, diameter pupil membesar sampai 8 mm untuk mengumpulkan
cahaya yang cukup. Di siang hari yang terik, diameternya menyusut hingga
2 mm, bahkan mampu mengecil sampai sekitar 1,5 mm jika berhadapan
dengan cahaya yang menyilaukan. Membesar atau menyusutnya ukuran pupil
mata sangat tergantung resons saraf atas kondisi visual yang terlihat
(tidak termasuk sinar tidak tampak seperti Infrared, X, UV, TV, Radio
atau gamma). Sehingga dalam berbagai kasus, kita sering mendengar bahwa
sinar infrared atau gelombang sinar X tidak boleh langsung kena mata,
karena dapat menyebabkan katarak dan kebutaan.
Begitu juga
dalam kasus Gerhana Matahari. Syaraf kita penglihatan melihat
seolah-olah gelapnya dunia karena gerhana matahari berarti tidak ada
sinar matahari yang mencapai kebumi. Padahal dengan ukuran yang sangat
besar dari matahari pada saat gerhana matahari tidak total, maka ada
sejumlah sinar yang sampai ke bumi yang tidak bisa dideteksi oleh mata.
Ini mirip kita mencoba melihat sinar gelombang Infrared pada HP ketika
transmisi data antar dua HP. Dalam hal ini, ada keterbatasan secara
fisik pupil mata kita dalam pengaturan cahaya. Secara hitungan kasar,
cahaya langsung dari matahari harus dilemahkan antara 10.000 hingga
50.000 kali agar aman bagi mata. Sehingga secara otomatis, pada siang
hari bolong, kita akan cenderung menghindari menatap matahari secara
langsung dan sebaliknya pada kondisi gelap (malam), pupil kita akan
membuka selebar mungkin.
Perilaku pupil mata manusia pada malam
hari ternyata sama ketika terjadi gerhana matahari. Pada saat gerhana,
pancaran cahaya matahari terhalang sebagian oleh bulan sehingga bumi
menjadi gelap (masuk wilayah umbra-penumbra) , dan sehingga reaksi pupil
mata secara alami membesar. Dan di saat orang menatap langsung ke
matahari yang terlindung oleh bulan, pupil mata tidak bereaksi secara
signfikan, padahal radiasi sinar-sinar UV tetap menempus ke bumi,
menempus ke retina mata, yang sedang merusak sel batang dan kerucut
mata.
Kefatalan akan terjadi bila kita sering atau dengan
durasi lama menatap secara langsung ke matahari, karena pada saat itu
bukan sinar tampak saja yang menembus mata, tetapi sinar-sinar berbahaya
seperti UV tetap menerobos masuk menghasilkan reaksi kimia yang merusak
sel mata. Belum lagi, gelombang sinar inframerah (infrared) yang
terkandung dalam sinar matahari turut “memanggang” (fotokoagulasi) sel
batang dan kerucut.
Pengecualian
Setiap terjadinya
gerhana matahari total, umumnya selalu ada fase gerhana matahari cincin,
sabit, dan gerhana matahari sebagian. Satu-satunya jenis gerhana
pengecualian yang mana mata boleh secara langsung menatap ke gerhana
matahari adalah pada fase gerhana matahari total yakni ketika sinar
matahari benar-benar tertutup oleh bulan (100%). Namun periode ini
sangat singkat dan memang jarang terjadi. Umumnya yang terjadi adalah
gerhana matahari cincin, sabit atau setengah. Dan yang paling berbahaya
adalah menatap langsung gerhana matahari yang setengah atau cincin.
Bahkan seperti pada bagian penjelasan sebelumnya, meskipun 99% permukaan
matahari (fotosfer) tertutup oleh Bulan, kondisi ini tetap sangat
berbahaya bagi mata jika kita menatap gerhana tanpa alat khusus.
Agar dapat melihat fenomena gerhana matahari, sudah banyak caranya.
Salah satunya dengan menggunakan kacamata khusus seperti gambar di atas.
Cara lain adalah melihat fenomena gerhana matahari tersebut diatas
bayangan air (baik di kolam maupun di wajan). Atau membuat layar gelap
di sebuah ruang (kotak) agar gerhana matahari tertangkap dilayar, dan
kita melihatnya secara tidak langsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar